Featured Post

Bungalow Murah di Dekat Wisata Kawah Puncak Darajat

Ada beberapa tempat menginap di kawasan wisata waterboom dan kolam renang air panas puncak Darajat Garut, setelah sebelumnya Hotel Murah di...

Sunday, July 15, 2018

Cerita Perjalanan Mendaki Gunung Papandayan

Tegal alun adalah padang EDELWEIS terluas di papandayan, luasnya hampir 80 hektar terletak di atas pondok seladah yang menuju puncak papandayan, dengan hamparan bunga edelweis yang indah menjadikan Tegal alun salah satu tempat terfavorit di papandayan di samping Tegal alun terdapat sungai kecil yang sangat jernih dan dingin dan bisa di konsumsi/minum langsung tanpa khawatir sakit perut, 

Untuk mengunjungi Tegal alun anda harus persiapkan perbekalan terlebih dahulu, mulai dari makanan dan kebutuhan anda karena tidak terdapat warung disana :) 
Perjalanan ke Tegal alun dari atas kawah ada dua arah, yakni melalui pondok seladah dan melalui hutan mati/gunung walirang, namun melalui hutan mati sangat nanjak di ujungnya tapi lebih cepat dan di usahakan kondisi badan sehat di Tegal alun anda akan merasakan keindahan alam dan kedamaiannya

Saya dan dua orang lainnya berangkat dari Bandung menggunakan Bis tujuan Garut, bis ini bisa dicegat di daerah Cicaheum atau Cileunyi. Tim lainnya berangkat dari Jakarta, tepatnya dari Terminal Kampung Rambutan. Tim yang terpisah ini janjian di Terminal Guntur, terminal yang selalu ramai dengan orang-orang yang akan naik gunung.

Sampai di Terminal Guntur sekitar pukul 3 pagi, kamipun menunggu adzan subuh untuk kemudian beribadah sambil menunggu agak terang. Di Terminal Guntur ini nggak perlu takut nyasar, karena banyak calo angkutan umum yang akan bertanya kemanakah tujuanmu lalu mengarahkanmu untuk menaiki angkutan yang benar. Untuk menuju ke Basecamp David Papandayan, biasanya angkutan dari Terminal Guntur akan berhenti di Pasar Cisurupan. Dari Pasar Cisurupan akan banyak mobil bak yang berjejer siap mengantar para pendaki sampai ke Camp David.

Setibanya kita di Camp David kita diwajibkan membuat surat laporan dan membayar sejumlah uang tergantung jumlah tim, jangan sampai ada anggota tim yang ngga tertulis namanya ya. Di Camp David kita bisa sarapan sambil siap-siap memulai pendakian. Jalur awal di Papandayan memang tidak begitu ekstrim, tapi kita tetap harus waspada. Untuk saat ini jalur pendakian Papandayan memang sudah sangat ramai oleh  warung-warung penjaja makanan, jadi jangan panik kalau lupa bawa minum atau makanan.

Untuk perjalanan normal sampai ke camp Pondok Saladah, jalur yang dilalui bisa ditempuh dengan waktu 2,5 jam plus istirahat secukupnya. Kalau boleh sombong sedikit, saya sudah 3 kali lho ke Gunung Papandayan. Perjalanan kedua memang lebih cepat dari perjalanan pertama, perjalanan ketiga pun lebih cepat dari perjalanan kedua. Bosan? Tidak dong, malah saya ada rencana pergi kesana lagi nih.

Pondok Saladah merupakan area camp yang umumnya dihuni oleh 6ribuan orang di sekali weekend. Dengan kondisi lapangan yang dikelilingi oleh pohon, jangan lupa untuk membawa hammock ya! Area Camp ini sekarang sudah dilengkapi dengan wc umum yang terjaga kebersihannya, sungguh beda dengan pertama kali saya kesana yang kalau mau buang air ya harus gali tanah dulu hehehe.

Setelah membangun tenda di Pondok Saladah, kami memasak sebagian bahan makanan untuk makan siang, memasak di alam terbuka sungguh mengasyikan! Setelah makan siang dan membersihkan wadah-wadah makanan (Ingat ya, membersihkan wadah makanan di gunung tidak boleh menggunakan sabun), kamipun beristirahat di tenda masing-masing sampai menjelang sore.

Saat berada di Gunung Papandayan, berjalan-jalanlah ke arah Hutan Mati yang letaknya tidak begitu jauh dari Camp Pondok Saladah, rasakan nikmatnya hembusan angin sore dan udara sejuk pegunungan. Hutan Mati merupakan salah satu kisah bersejarahnya Gunung Papandayan, terbentuk secara alami akibat letusan Gunung Papandayan. Bila masih cukup waktu dan tenaga coba tengok ke arah jalan mendaki dari Hutan Mati, jalur tersebut akan membawamu ke Tegal Alun. Tegal Alun adalah sebuah padang Edelweis yang beberapa waktu lalu sempat terbakar habis, saya belum tau lagi kabar terkini apakah Edelweis-edelweis tersebut sudah tumbuh lagi atau belum.

Malam itu kami menginap di Pondok Saladah dan baru esok paginya kami berjalan-jalan ke Tegal Alun, menikmati sarapan dan sinar mentari pagi di Tegal Alun. Hari itu juga menjadi hari kepulangan kami ke rumah masing-masing. Banyak pengalaman baru di perjalanan ini, dan yang pasti sih saya jadi ketagihan naik gunung. Terima kasih banyak atas hobi lawasmu yang terwariskan kepadaku, Mama :*

No comments:

Post a Comment